Makam Ibunda Nabi SAW Siti Aminah |
Apakah orang tua Nabi Muhammad masuk Neraka? - Al-Qodli Abu Bakar bin Al-A'Robi pernah ditanya tentang orang yang menyatakan bahwa orang tua dan nenek-moyang Rasulullah SAW masuk neraka (karena musyrik). Beliau menjawab sebagai berikut : "Sesungguhnya orang yang berkata demikian itu dilaknat oleh Allah swt, karena Allah swt berfirman":
Dalil Bantahan Orang Tua Nabi Masuk Neraka
Ada 3 alasan mengapa kedua orang tua Rasulullah SAW tidak termasuk ahli neraka sebagaimana yang dituduhkan sebagian kalangan, yaitu:Masa Fatrah - Seperti dimaklumi, kedua orang tua Rasululah SAW hidup pada masa fatroh adalah zaman dimana tidak ada utusan Allah (Rasul) yang menyebarkan kebenaran dan mengajak manusia kepada jalan yang benar. Selisih waktu antara Nabi lsa AS dengan Rasulullah SAW adalah 600 tahun. Sayyid Abdullah, ayah Rasululah SAW, wafat pada usia delapan belas tahun saat Rasulullah SAW masih berada dalam kandungan ibunya. Sementara Sayyidah Aminah,ibunda Rasulullah SAW, wafat pada usia 20 tahun saat usia Rasullullah SAW 6 tahun.
Pada masa itu orang-orang yang mengerti kitab- kitab nabi terdahulu tersebar di negara-negara Syam, bukan di Arab, karena nabi-nabi terdahulu tidak diutus untuk bangsa Arab. Dengan demikian, jika kedua orang tua Rasulullah tidak bersyahadat dan beriman atas kerasulan Muhammad SAW, tentu hal itu dapat dimaklumi karena mereka wafat pada saat Nabi Muhammad SAW belum diutus menjadi Rasul. Allah SWT berfirman:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا "Dan Kami tiada menyiksa (suatu kaum) sehingga Kami utus seorang Rasul (kepadanya)."(QS.• Al-lsro': 15).
Tidak ada petunjuk kuat yang menegaskan bahwa kedua orang tua dan kakek Rasulullah SAW sampai Nabi Adam AS dari golongan musyrikin. Bahkan sebaliknya, mereka adalah golongan kaum yang meng-esa-kan Allah SWT dan tidak menyekutukan Nya seperti halnya kaum jahiliyah Arab. Allah SWT berfirman:الَّذِي يَػرَاؾَ حِينَ تَػقُو . وَتَػقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
"Yang melihatmu ketika engkau berdiri ( sembahyang) dan ketika engkau bolak-balik , dalam orang-orang yang sujud (sembahyang)."(QS:Asy Syu' araa':218-219).
Menurut para ulama ahli Tafsir, ayat ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW dilahirkan dari orang-orang yang tidak pernah menyekutukan Allah SAW. Rasulullah SAW bersabda: "Secara terus menerus aku dipindahkan daribeberapa tulang iga yang suci pada rahim yang suci ."Allah SWT berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ " Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis". (QS:At-Taubah:28).
Dengan demikian, kedua orang tua Rasulullah SAW sampai generasi di atas bukan tergolong kaum yang najis, yakni yang menyekutukan Allah SWT.Do'a Nabi Ibrahim - Seperti dijelaskan para ahli sejarah bahwa Rasulullah SAW adalah keturunan dari Nabi Ibrahim AS. Salah satu doa Nabi ibrahim seperti tercantum dalam AI-Qur 'an: رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ "Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang mendirikan shalat,begitu anak -anak turunku. Ya Tuhan kami, dan perkenankanlah do'a ku."(QS:I brahim:40).
Tentu do'a Nabi Ibrahim ini tidak akan sia-sia. Ayat ini menjadi jaminan bahwa seluruh keturunan Nabi lbrahim adalah orang-orang yang tidak menyembah selain kepada Allah SWT. Adapun firman Allah SWT :وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ "Dan lngatlah ketika Ibrahim berkata kepada"bapaknya" Azar, adakah engkau ambil berhala menjadi Tuhan. Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaum engkau dalam kesesatan yang nyata".(QS:AI-An' am:74)
Menurut riwayat Abi Hatim dari lbnu Abbas, yang dimaksud dengan Azar, bapak Ibrahim AS, adalah pamannya dan bukan bapak kandungnya. Ada pun nama bapak kandung Ibrahim AS adalah Tarikh bin Syarikh bin Nakhurin. Di kalangan kaum Arab, penggunaan kata-kata "bapak" untuk sebutan paman adalah hal yang sudah lumrah, biasa dan digunakan sehari-hari.Mu'jizat Nabi SAW - Pendapat ini dinyatakan oleh beberapa ulama, di antaranya ahli Tafsir yang sangat terkenal yaitu Imam Fahruddin AI-Rozi.Ada banyak riwayat yang menyatakan bahwa dengan mu'jizatnya dan atas seizin Allah SWT, Rasulullah SAW menghidupkan kembali kedua orang tuanya, kemudian mengucapkan kalimat syahadat dan beriman. Mu' jizat Nabi dengan menghidupkan orang yang sudah meninggal bukan hal yang mustahil. Kejadian serupa pernah dilakukan oleh Nabi lsa as.
Dalil Bantahan Orang Tua Nabi Masuk Neraka
Pendapat yang terakhir ini dinyatakan oleh beberapa ulama ahli Hadits, di antaranya ulama ahli Hadits yang sangat terkenal dan bergelar Al-Hafidz, yaitu Al-Hafidz Abu Bakar Al-Khotib Al-Baghdadi. Juga Imam Al-Suhaili, AI-Qurthubi, Muhibbu at-Thobari, Nashiruddin ibnu Al-Munir, dan lain-lain.Yang dimaksud dengan gelar AI-Hafidz dalam istilah ilmu Hadits adalah orang yang memiliki banyak hafalan matan Hadits. Menurut sebagian pendapat, orang yang bergelar ai-Hafidz harus memiliki hafalan minimal 100.000 matan hadits dengan sanad yang bersambung kepada Rasululah SAW
Adapun tentang hadits bahwa seorang laki-laki A'robi (Arab pedalaman) bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, dimanakah bapakku?" Rasulullah SAW menjawab, "Di neraka." Kemudian setelah laki-laki itu berpaling Rasulullah SAW memanggilnya dan berkata,"Sesungguhnya bapakku dan bapakmu berada di neraka." (HR. Muslim). Dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut Imam AI-Hafidz AI Suyuthi, kalimat "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu berada di Neraka," tidak disepakati oleh beberapa perawi hadits dan hanya diriwayatkan oleh Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas. Inilah jalur yang dipakai oleh Imam Muslim.
Riwayat ini bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ma'mar dari Tsabit dari Anas dengan perawi yang shahih. Dalam riwayat ini tidak terdapat kalimat "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu berada di Neraka."
Redaksinya adalah: Berkata A'robi, "Ya Rasulullah, dimanakah bapakku?" Rasulullah SAW menjawab: "Berada di neraka." Berkata A'robi, "Dimanakah bapakmu?" Rasulullah SAW berkata, "Apabila engkau melewati kuburan orang kafir, maka berilah ia kabar gembira (maksudnya kabar duka) dengan siksa neraka".
Dalam hadits riwayat Ma'mar ini sama sekali tidak dimuat informasi mengenai keberadaan orang tua Rasulullah SAW. Menurut penilaian ulama ahli Hadits, riwayat ini lebih kuat daripada riwayat hadits pertama yang memuat informasi mengenai keberadaan orang tua Rasulullah SAW yang berada di neraka seperti dalam pertanyaan si A'robi.
Ini disebabkan status Ma'mar, perawi hadits kedua, lebih dapat dipercaya (tsiqoh) daripada Hammad, perawi hadits yang pertama karena pada riwayat hadits yang lain banyak yang diinkari oleh para ahli hadits. Menurut para ulama ahli hadits, anak tiri Hammad memalsukan beberapa hadits pada kitab kumpulan hadits Hammad. Oleh sebab itulah maka Imam Bukhori tidak mengambil satu pun riwayat hadits dari Hammad.
Dengan demikian, sebagai pegangan paling tepat adalah hadits yang bersumber dari riwayat Ma'mar, bukan riwayat Hammad. Disamping itu, jawaban Rasulullah SAW pada riwayat Ma'mar lebih tepat.
Pertanyaan itu keluar dari seorang A'robi, yang dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah dan kemurtadan sebab menurut riwayat Al-Baihaqi, pada saat itu A'robi masih belum masuk Islam, wajar jika Rasulullah SAW khawatir apabila jawaban itu disampaikan dengan keadaan yang sebenarnya bahwa orang tua Rasulullah SAW tidak berada di neraka, sedangkan orang tua si A'robi masuk neraka, ini tentu akan membuatnya sangat kecewa.
Mengapa nasib orang tuanya tidak sama dengan orang tua Rasulullah SAW. Ini akan sangat memungkinkan murtadnya si A'robi atau keengganannya memeluk agama Islam. Orang-orang A'robi dikenal berwatak keras dan tidak suka mengalah terhadap orang lain.
Demikian jawaban singkat ini,semoga dapat menjadikan iman dan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW dan keturunannya bertambah besar. Berikut pula silahkan disimak cuplikan penjelasan dari Al Habib Umar Hafidz, silahkah di share - Dalil Bantahan Orang Tua Nabi Masuk Neraka
(Lihat. Ghomzu 'Uyuni ai-Bashoir, juz 3, him. 241 , Masaliku ai-Hunafa fi Walday ai-Mushthofa, him. 12, 18, 27,42, 43, 51, 52, 53, 60, 63. AI-Ta'dhim wa al-Minnah, him. 40, 43, 54. AI-Durj AI-Munifah fi ai-Aba' ai-Syarifah, hlm.18).
Sumber: CN Istifta’
Posting Komentar Blogger Facebook Disqus